get app
inews
Aa Text
Read Next : Mimpi Buruk di Solo! Timnas Indonesia Tersingkir Usai Kalah Tipis dari Filipina

22 Desember: Hari Ibu dan Tragedi Tsunami Selat Sunda, 2 Momen yang Tak Terlupakan!

Minggu, 22 Desember 2024 | 07:03 WIB
header img
Seorang ibu berdiri dengan raut sedih di antara puing-puing rumahnya yang hancur akibat tsunami Selat Sunda 2018, mengenang kehilangan yang mendalam. (Foto : dok/BBC via Okezone)

PANDEGLANG, iNewsPandeglang.id - 22 Desember memiliki arti mendalam bagi masyarakat Indonesia. Tanggal ini diperingati sebagai Hari Ibu, sebuah momen untuk menghormati peran dan perjuangan perempuan. Namun, pada 22 Desember 2018, tragedi Tsunami Selat Sunda melanda, menorehkan luka mendalam, terutama bagi masyarakat di Pandeglang, Banten dan Lampung

Makna Hari Ibu

Melansir dari berbagai sumber, Hari Ibu yang jatuh setiap 22 Desember ditetapkan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1959 melalui Keputusan Presiden No. 36.  Penetapan Hari Ibu pada 22 Desember berakar dari Kongres Perempuan Indonesia I yang digelar di Yogyakarta pada 22-25 Desember 1928.

Kongres tersebut menjadi momen penting bagi perempuan Indonesia untuk bersatu memperjuangkan hak-hak mereka, khususnya di bidang pendidikan dan pernikahan. Lebih dari 30 organisasi perempuan dari berbagai daerah hadir dalam kongres itu, membuktikan semangat juang perempuan Indonesia dalam mendukung kemerdekaan dan pembangunan bangsa.

Hari Ibu kini dirayakan untuk menghormati jasa ibu dan perempuan, menjadi momen penuh kasih yang banyak dimanfaatkan masyarakat untuk menyampaikan rasa cinta dan terima kasih kepada para ibu.

Tsunami Selat Sunda 2018: Luka dan Trauma bagi Warga Pandeglang dan Lampung

Namun, bagi masyarakat Pandeglang, 22 Desember juga menjadi hari penuh duka. Pada malam itu, tsunami akibat letusan Gunung Anak Krakatau menghantam pesisir Banten dan Lampung. Pandeglang menjadi daerah yang paling terdampak parah.

Tragedi yang terjadi pada pukul 21.27 WIB ini menyebabkan 426 orang meninggal dunia, 7.202 orang terluka, dan 23 orang hilang. Selain itu, ribuan warga terpaksa mengungsi karena kehilangan rumah dan mata pencaharian.

Delapan hari setelah bencana, para pengungsi masih menetap di berbagai lokasi pengungsian. Mereka tersebar di berbagai kecamatan seperti Labuan, Carita, Menes, Jiput, Sukaresmi, Pagelaran, Angsana, Panimbang, Cigeulis, dan Sumur. Meski bantuan terus berdatangan, kondisi di pengungsian masih jauh dari ideal. Banyak warga yang menghadapi kesulitan mendapatkan makanan, air bersih, dan layanan kesehatan.

Bagi masyarakat Indonesia, 22 Desember menjadi tanggal penuh makna. Di satu sisi, ini adalah momen untuk menghormati para ibu, simbol cinta dan pengorbanan. Namun, di sisi lain, ini adalah pengingat akan tragedi besar yang merenggut ribuan nyawa dan menyisakan trauma bagi masyarakat, khususnya di Pandeglang dan Lampung.

Editor : Iskandar Nasution

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut