get app
inews
Aa Text
Read Next : Joe Biden Mundur dari Pilpres AS, Sosok Kamala Harris Bakal Jadi Pengganti, Ini Profilnya

Kenapa Pemenang Suara Terbanyak di Pilpres AS Belum Tentu Menang? Begini Penjelasannya

Selasa, 05 November 2024 | 08:42 WIB
header img
Kamala Harris dan Donald Trump bersaing ketat dalam Pilpres AS 2024, masing-masing berusaha mengamankan suara elektoral untuk mencapai kemenangan di Gedung Putih. Foto X

JAKARTA, iNewsPandeglang.id - Pemilihan presiden di Amerika Serikat memang unik. Meski suara terbanyak bisa menjadi indikasi popularitas, kemenangan justru ditentukan oleh mekanisme yang berbeda: Electoral College. Dalam Pilpres AS 2024, Kamala Harris dari Partai Demokrat akan berhadapan dengan Donald Trump dari Partai Republik.

Namun, para pemilih tidak secara langsung memilih salah satu kandidat; mereka memilih wakil di Electoral College yang nantinya menentukan presiden berikutnya.

Hingga Senin (4/11/2024) WIB, tercatat lebih dari 78 juta warga AS telah memberikan suara lebih awal, baik langsung di TPS maupun melalui pos. Jumlah ini hampir setengah dari total pemilih terdaftar di AS. Menariknya, sebagian besar tahun ini memilih untuk hadir langsung ke TPS, berbeda dari Pilpres 2020 ketika mayoritas memilih metode pos.

Sistem Electoral College inilah yang membuat perhitungan suara di AS berbeda dari negara lain. Masing-masing negara bagian memiliki jumlah suara elektoral yang ditentukan oleh populasi, dan sebagian besar negara bagian menerapkan sistem “winner-takes-all,” di mana kandidat yang menang di suatu negara bagian akan mengantongi semua suara elektoral wilayah tersebut.

Agar seorang kandidat bisa menjadi presiden, ia harus meraih setidaknya 270 dari total 538 suara elektoral.

Namun, ada dua negara bagian, Maine dan Nebraska, yang menggunakan sistem proporsional, membagi suara elektoral sesuai proporsi suara yang diterima tiap kandidat. Hal inilah yang menjadikan beberapa negara bagian strategis, atau "swing states," sangat penting dalam Pilpres AS, karena mereka bisa menjadi penentu kemenangan.

Kasus ini bukan hal baru. Pada Pilpres 2016, misalnya, Hillary Clinton meraih lebih banyak suara populer dibanding Donald Trump, tetapi Trump berhasil mengantongi suara elektoral lebih banyak dan memenangkan pemilu. Demikian juga pada 2000, Al Gore mendapatkan suara lebih banyak daripada George W. Bush, tetapi Bush menang karena berhasil mengamankan mayoritas suara elektoral.

Dengan persaingan ketat di Pilpres 2024 ini, apakah Kamala Harris atau Donald Trump yang akan mampu mencapai 270 suara elektoral dan melenggang ke Gedung Putih?

Editor : Iskandar Nasution

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut