PANDEGLANG, iNewsPandeglang.id – Kerajinan anyaman bambu di Kabupaten Pandeglang, Banten, telah menjadi warisan turun-temurun yang dijaga dengan baik oleh masyarakat, khususnya para emak-emak. Selama puluhan tahun, keahlian ini diwariskan dari nenek moyang sebagai bagian dari budaya lokal.
Para pengrajin bilah bambu ini tetap bersemangat memproduksi perabotan rumah tangga, meskipun persaingan dengan produk modern dari bahan plastik, stainless, dan lainnya semakin ketat.
Pada kunjungan terbaru ke Kampung Pakuhaji Girang, Desa Saninten, Kecamatan Kaduhejo, kami menemukan bahwa kerajinan anyaman bambu tidak hanya tetap eksis, tetapi juga menjadi mata pencaharian utama bagi sebagian besar warga setempat. Di tengah suara gemerisik bambu yang mereka anyam, terlihat betapa penuh ketelitian dan keuletan para emak-emak ini dalam menciptakan berbagai produk seperti kipas, kukusan, tampah, dan nyiru.
"Harga produk anyaman bervariasi, mulai dari Rp3.000 hingga Rp30.000, tergantung ukuran dan jenisnya," ungkap Hesti salah satu pengrajin.
Keindahan dan keunikan barang anyaman bambu buatan emak-emak Pandeglang, tetap bertahan di tengah produk modern. Foto Iskandar Nasution
Hesti menceritakan bahwa keahlian menganyam ini sudah diwariskan oleh orang tuanya sejak kecil. “Dari kecil, saya sudah diajarkan oleh orang tua. Sampai sekarang, saya masih menekuni pekerjaan ini untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ujarnya sambil tersenyum.
Hesti menambahkan bahwa meskipun kemajuan ekonomi dan teknologi terus berkembang, kerajinan anyaman bambu tradisional tetap diminati banyak orang. “Alhamdulillah, meskipun banyak produk modern, anyaman bambu ini masih banyak yang mencari. Kami tidak pernah sepi pembeli, baik dari daerah sekitar maupun luar daerah,” ungkapnya dengan penuh syukur.
Lebih lanjut, keberadaan kerajinan anyaman bambu ini tidak hanya sekadar menjadi sumber penghidupan bagi para pengrajin, tetapi juga menjadi upaya menjaga tradisi dan budaya agar tidak hilang tergerus zaman. “Tidak peduli seberapa tajam bilah bambu apus yang kami genggam, kami akan terus membuat anyaman ini agar warisan budaya tetap hidup,” tegas Hesti.
Para emak-emak di Kampung Pakuhaji Girang terus mempertahankan tradisi menganyam bambu, berharap generasi muda juga turut melestarikan keahlian yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka. Dukungan dari pemerintah setempat untuk memberikan bantuan atau pelatihan kepada pengrajin diharapkan dapat memajukan kerajinan ini, sekaligus meningkatkan kualitas dan pemasaran produk agar lebih dikenal luas.
Dedikasi dan semangat juang yang tinggi, emak-emak Pandeglang menunjukkan bahwa kerajinan tradisional dapat bertahan dan bersaing di tengah arus modernisasi, serta tetap menjadi bagian integral dari identitas budaya lokal.
Editor : Iskandar Nasution