TEHERAN, iNewsPandeglang.id – Komandan Pasukan Quds Iran, Esmail Qaani, akhirnya muncul ke publik setelah hampir sebulan dilaporkan hilang sejak serangan besar Israel di Beirut, Lebanon. Kehadirannya menjadi bukti bahwa spekulasi mengenai kematiannya tidak benar. Namun, kemunculan ini justru memunculkan fakta-fakta baru yang mengejutkan di balik insiden yang menewaskan beberapa tokoh penting.
Dalam sebuah video yang disiarkan oleh stasiun televisi pemerintah IRIB, Qaani tampak hadir di pemakaman Abbas Nilforoushan, perwira Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) yang tewas dalam serangan udara di Beirut. Qaani terlihat menangis bersama pejabat Iran lainnya saat menyambut jenazah Nilforoushan di Bandara Mehrabad, Teheran. Sebelumnya, ketidakhadiran Qaani di tengah laporan tentang serangan Israel di Dahiyeh, Beirut, telah memicu spekulasi bahwa ia mungkin ikut tewas dalam peristiwa itu.
Serangan udara Israel di kawasan Dahiyeh yang merupakan benteng pertahanan Hizbullah terjadi pada akhir September. Serangan tersebut dikabarkan menargetkan markas bawah tanah yang saat itu diisi oleh beberapa tokoh penting, termasuk pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, Qaani, dan beberapa pejabat Hizbullah lainnya. Nasrallah sendiri dilaporkan tewas dalam serangan itu, sementara Abbas Nilforoushan juga kehilangan nyawa.
Meski IRGC segera mengonfirmasi kematian Nilforoushan, keberadaan Qaani tetap menjadi misteri. Tidak ada pernyataan resmi ataupun bukti visual dari IRGC yang menunjukkan bahwa Qaani selamat, yang semakin memicu rumor tentang nasibnya. Hal ini menambah ketegangan di wilayah tersebut, mengingat pendahulunya, Qassem Soleimani, tewas dalam serangan drone AS di Irak pada tahun 2020.
Kini, dengan kemunculannya di pemakaman Nilforoushan, spekulasi mengenai kematiannya terbantahkan. Namun, fakta yang muncul justru membawa pertanyaan baru. Mengapa Qaani, sebagai salah satu target utama, bisa selamat dari serangan yang begitu mematikan? Apakah ada indikasi bahwa serangan tersebut memang sengaja menargetkan tokoh-tokoh tertentu di lokasi yang sama?
Kemunculan Qaani juga memicu perdebatan mengenai bagaimana informasi seputar serangan itu dikelola oleh pemerintah Iran. Mengapa butuh waktu lama bagi IRGC untuk menunjukkan bukti bahwa Qaani masih hidup? Apakah ada strategi di balik penundaan tersebut untuk tujuan tertentu?
Pembunuhan terhadap Nasrallah dan Nilforoushan disebut-sebut sebagai pemicu utama serangan balasan Iran pada 1 Oktober lalu, yang menargetkan tiga lokasi penting di Israel, termasuk dua pangkalan udara dan markas besar badan intelijen Mossad. Sekitar 200 rudal diluncurkan, memperlihatkan bahwa Iran tidak akan tinggal diam terhadap serangan yang mereka anggap melanggar garis merah.
Dengan kemunculan Qaani, spekulasi mengenai kematiannya memang telah berakhir. Namun, drama dan misteri di balik serangan Israel di Beirut serta konsekuensi politik dan militernya masih jauh dari kata selesai. Publik dan komunitas internasional kini menunggu langkah selanjutnya dari kedua pihak yang berseteru. Apakah akan ada serangan lanjutan, atau justru diplomasi yang mengambil alih?
Editor : Iskandar Nasution