PANDEGLANG, iNewsPandeglang.id - Menjelang Lebaran memang merupakan waktu yang sibuk bagi para muslim di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Persiapan untuk menyambut hari raya ini meliputi berbagai hal, mulai dari mempersiapkan baju baru, menyajikan hidangan khas Lebaran, hingga menyediakan kudapan tradisional seperti kue kering.
Kue kering merupakan bagian penting dari tradisi Lebaran di Indonesia. Biasanya, kue kering disajikan di meja tamu sebagai kudapan untuk disantap bersama keluarga, teman, dan tamu yang datang berkunjung. Kue kering memiliki beragam bentuk, rasa, dan variasi, yang membuatnya menjadi pilihan favorit bagi banyak orang.
Selain menjadi sajian kudapan, kue kering juga memiliki makna simbolis dalam perayaan Lebaran. Penyajiannya melambangkan kebahagiaan, keberkahan, dan silaturahmi antara anggota keluarga dan kerabat. Oleh karena itu, persiapan kue kering tidak hanya sekadar tentang menyiapkan makanan, tetapi juga tentang mempererat ikatan sosial dan budaya dalam masyarakat.
Melansir dari berbagai sumber, Kue kering selalu menjadi bagian penting dari perayaan Idul Fitri karena beberapa alasan berikut ini:
1. Tradisi dan Budaya
Kue kering telah menjadi bagian dari tradisi dan budaya perayaan Idul Fitri di Indonesia selama bertahun-tahun. Masyarakat Indonesia meyakini bahwa menyajikan kue kering saat Lebaran adalah simbol kebahagiaan, keberkahan, dan kesyukuran atas kesempatan untuk berbagi dengan orang lain.
2. Simbol Keharmonisan dan Silaturahmi
Penyajian kue kering di tengah-tengah perayaan Idul Fitri juga melambangkan keharmonisan dan silaturahmi antara anggota keluarga, tetangga, dan teman-teman. Kue kering sering kali disajikan kepada tamu yang datang berkunjung sebagai tanda kasih sayang dan saling menghormati.
Kastengel yang terbuat dari keju adalah jenis kue kering yang wajib menghiasi meja saat merayakan ldul Fitri. Foto Istimewa
3. Variasi dan Pilihan
Kue kering memiliki beragam bentuk, rasa, dan variasi, yang membuatnya cocok untuk disajikan dalam berbagai kesempatan. Dengan banyaknya pilihan kue kering, setiap orang dapat menemukan sesuatu yang sesuai dengan selera dan preferensi mereka.
4. Keterjangkauan dan Daya Tahan
Kue kering relatif mudah disiapkan dan memiliki masa simpan yang cukup lama jika disimpan dengan baik. Hal ini membuatnya menjadi pilihan yang praktis untuk disajikan selama periode perayaan yang berlangsung beberapa hari.
5. Tradisi dari Masa Kolonial
Seiring dengan sejarah kolonial Belanda di Indonesia, adopsi budaya Belanda termasuk juga kebiasaan menyajikan kue kering saat perayaan Idul Fitri. Meskipun awalnya merupakan pengaruh asing, kue kering telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari tradisi Lebaran di Indonesia.
Sebagai informasi tambahan, Kisah asal usul kue kering memang menarik dan memberikan wawasan tentang bagaimana makanan tersebut menjadi bagian tak terpisahkan dari berbagai budaya, termasuk dalam perayaan Lebaran di Indonesia.
Penemuan kue kering secara tidak sengaja oleh seorang tukang roti di Persia pada abad ke-7 menjadi titik awal dari penyebaran kue tersebut ke berbagai wilayah. Awalnya, kue kering hanya disajikan untuk kaum bangsawan, namun kemudian, melalui pedagang Muslim, kue tersebut menyebar ke berbagai tempat, termasuk di wilayah Eropa yang pada saat itu dipengaruhi oleh kekuasaan Muslim, seperti Spanyol.
Perlahan-lahan, kue kering mulai dinikmati oleh berbagai kalangan di Eropa pada abad ke-14, dan produksi kue kering secara besar-besaran dimulai pada abad ke-19 berkat kemajuan teknologi. Dengan ekspansi Eropa ke berbagai negara, termasuk ke wilayah Nusantara, kudapan-kudapan tersebut akhirnya menjadi bagian penting dari budaya Lebaran di Indonesia.
Dengan demikian, keberadaan kue kering saat Idul Fitri bukan hanya sekadar tentang rasa dan kenikmatannya, tetapi juga tentang nilai-nilai sosial, budaya, dan tradisi yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia.
Editor : Iskandar Nasution