LEBAK, iNewsPandeglang.id - Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Lebak, terutama di Cihara, terus meningkat. Puskesmas Cihara melakukan Penyelidikan Epidemologi (PE) untuk menemukan sumber penyebaran. Hasilnya menunjukkan adanya jentik-jentik nyamuk di penampungan air dan ban mobil, memicu kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) serta penekanan pada kesadaran lingkungan masyarakat.
Kepala Puskesmas Cihara, Hermansyah, menggarisbawahi pentingnya pencegahan DBD dengan bersih-bersih lingkungan. Tujuh pasien DBD di desa Kerangkamulyan dan Cihara menjadi perhatian serius, dengan langkah-langkah pencegahan intensif dan kerjasama masyarakat diharapkan dapat mengendalikan penyebaran penyakit tersebut.
Kepala Puskesmas Cihara Hermansyah menyebut kesadaran masyarakat terhadap lingkungan memainkan peran penting dalam menekan angka kasus demam berdarah. "Jadi hari ini kita dari Puskesmas Cihara melakukan pemeriksaan ya. Pemeriksaan karena ada lagi kasus diduga DBD. Jadi hari ini kita bersama tim Puskesmas melakukan PE (Penyelidikan Epidemologi). Jadi kegiatan ini bertujuan dari mana sumbernya ya," ucapnya di lokasi, Kamis (25/5)1/2024).
"Dari tadi hasil kita itu, jadi sumbernya itu banyak jentik-jentik ya, jentik-jentik yang di penampungan air, di ban mobil juga banyak tadi itu, Jadi hari ini jugauntuk melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk). Jadi bersih-bersih lingkungan ya, karena sumbernya itu sudah jelas dari jentik penampungan air sih, yang ada di lingkungan," sambungnya.
Langkah-langkah untuk membasmi jentik nyamuk sebagai upaya pencegahan DBD memang sangat penting. Kolaborasi antara pemerintah desa dan partisipasi masyarakat menjadi kunci untuk memastikan keberhasilan dalam mengatasi sumber penyebaran penyakit ini.
Menurutnya, jumlah pasien DBD sebanyak tujuh orang yang teridentifikasi di desa Kerangkamulyan dan Cihara menjadi suatu perhatian serius. Upaya pencegahan dan penanganan yang lebih intensif serta kerjasama antara pihak berwenang dan masyarakat dapat membantu mengendalikan penyebaran penyakit tersebut.
Suhaya, pasien DBD yang mengalami pemulihan setelah ditangani di Puskesmas, memberikan gambaran gejala yang dirasakannya. "DBD yang saya rasa panas dingin, sendi pada sakit semua, mual-mual, kadang-kadang ada muntahnya. Di sini (Puskesmas) saya 3 hari tiga malam dan sekarang sudah sembuh, sudah diperbolehkan untuk pulang. Di kampung Cibobos ada 3 orang kalau nggak salah cuma yang pasien yang 2 di rujuk ke rumah sakit. Kalau saya Alhamdulillah bisa ditangani di sini," tuturnya.
Ketua RW di Kampung Cibobos, Yatna menyampaikan informasi mengenai 6 orang dengan gejala serupa yang dirawat dan terkonfirmasi sebagai kasus DBD. Langkah-langkah pencegahan dan penanganan yang lebih intensif akan menjadi kunci untuk mengendalikan penyebaran penyakit tersebut di lingkungan setempat.
Menurutnya, penyimpanan air di Kampung Cibobos bisa menjadi faktor penyebab potensial. Kondisi di mana air lama tidak dibuang dan digantikan dengan air baru bisa meningkatkan risiko berkembangnya jentik nyamuk penyebab DBD. Upaya untuk meningkatkan kebersihan lingkungan dan penyadaran masyarakat akan pentingnya tindakan preventif dapat membantu mengurangi risiko penyebaran penyakit tersebut.
Meskipun belum ada sosialisasi dari dinas terkait, kehadiran petugas dari Puskesmas yang memeriksa di rumah-rumah di Kampung Cibobos merupakan langkah positif. Yatna mengimbau untuk masyarakat di Kampung Cibobos sangat tepat. Kolaborasi bersama Puskesmas dan keterlibatan masyarakat dalam gotong-royong bersih-bersih adalah langkah positif dalam mengatasi potensi penyebaran penyakit DBD.
"Yang pertama, arahan saya untuk masyarakat semuanya kalau bersih-bersih, kita juga kurang paham, tapi menurut saya setuju pada pihak dari puskesmas datang ke Cibobos untuk memberikan penyuluhan dan untuk gotong-royong kita bersih-bersih bersama-sama dengan masyarakat. Imbauan dari saya, masyarakat harus siap dan menuruti petaturan dari alur pemerintahan," tuturnya.
Editor : Iskandar Nasution