get app
inews
Aa Read Next : Peringati HUT IGTKI-PGRI, Wali Kota Helldy Ajak Guru Tingkatkan Pendidikan Anak Usia Dini

Kisah Inspiratif Guru di Indonesia, Raih Penghargaan hingga Mengabdi di Pelosok Daerah

Jum'at, 25 November 2022 | 12:30 WIB
header img
Kisah Inspiratif Guru di Indonesia, Raih Penghargaan hingga Mengabdi di Pelosok Daerah (Foto: Ist)

JAKARTA, iNewsPandeglang.id – Pendidikan merupakan suatu langkah krusial yang diperlukan suatu bangsa agar dapat maju. Dengan begitu, kualitas guru tentu penting untuk dapat menyampaikan ilmu dengan baik. Ketersediaan sarana dan prasarana untuk mendukung jalannya pendidikan juga tidak kalah penting.
 

Bertepatan hari ini adalah peringatan Hari Guru Nasional, sebuah Ungkapan pahlawan tanpa tanda jasa cocok diberikan kepada para guru. Bagaimana tidak, mereka selalu berjuang tanpa pamrih untuk masa depan generasi bangsa. Bahkan, salah satunya hingga mengabdi di pelosok. Tak peduli dengan berbagai tantangan yang ada, mereka selalu sabar memberikan ilmunya kepada siswa.

Kisah Inspiratif Guru di Indonesia

1. Peraih Penghargaan Inspiratif

Aprilia Palupi merupakan guru SMKN 1 Bansari, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Diketahui, Aprilia meraih dua penghargaan nasional. Penghargaan yang didapatkannya tersebut adalah dari lomba kompetensi guru pertanian 2016 dan guru inspiratif di masa pandemi Covid-19 2020. Penghargaan sebagai guru inspiratif ini didapat Aprilia atas inovasinya menerapkan pembelajaran jarak jauh sebelum adanya pandemi.

Pada awalnya, metode tersebut digunakan Aprilia untuk memantau muridnya. Hal ini karena ia sering melakukan kegiatan di luar sekolah serta mengikuti pelatihan. Muridnya pun merasa nyaman dengan metode yang diterapkannya. Hingga akhirnya ketika pemerintah menerapkan pembelajaran jarak jauh, siswanya pun sudah terbiasa. Meski telah mendapat penghargaan, Aprilia masih terus berinovasi guna memberi metode yang terbaik untuk dunia pendidikan. 

2. Tempuh Jarak 12 Km hingga Lewati Hutan untuk Mengajar

Sugeng Purnomo adalah seorang guru yang mengajar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Tambora. Sekolah yang terletak di Desa Oi Bura, Kabupaten Bima, NTB ini berada di tengah perkebunan kopi. Untuk mencapai sekolah, bukanlah hal yang mudah bagi Sugeng. Ia harus menempuh jarak 12 kilometer dari rumahnya untuk sampai di sekolah

Tak hanya jaraknya yang jauh, Sugeng juga mesti berjalan melewati hutan. Hal itu ia lakukan agar dapat memberikan ilmu kepada murid-muridnya.  Di masa pandemi, saat kebanyakan sekolah lainnya melaksanakan pembelajaran daring, Sugeng tetap pergi mengajar. Sugeng dan para siswa tidak bisa melakukan pembelajaran secara daring lantaran tidak ada akses internet di wilayah mereka.

Ia pun harus mendatangi rumah murid-muridnya, yang lokasinya juga cukup jauh dari sekolah. Sugeng sudah mengajar selama belasan tahun di SDN Tambora. Namun, dirinya masih berstatus guru honorer dengan gaji hanya Rp300.000 per bulan.

3. Jadi Wasit Badminton di Olimpiade Tokyo 2020

Qomarul Lailah atau yang akrab disapa Lia adalah seorang guru mata pelajaran Bahasa Inggris di SDN Sawunggaling 1 Surabaya. Hebatnya, ia terpilih menjadi wasit badminton di Olimpiade Tokyo 2020. Awalnya ia tidak pernah tertarik menjadi seorang wasit pada cabang olahraga badminton.

 Setelah mendapat cukup pengetahuan, Lia pun tertarik untuk mengikuti pelatihan serta menjalani ujian tingkat provinsi. Beruntungnya, ia dinyatakan lulus dalam ujian tingkat provinsi tersebut. Meski begitu, kelulusannya itu tidak langsung membawa Lia menjadi seorang wasit profesional. Ia harus berjuang mengikuti ujian nasional dalam berbagai ajang. Seiring berjalan waktunya, Lia pun berhasil menjadi wasit badminton di dunia internasional.

4. Mengabdi di Pelosok Daerah

 Untuk menjalankan tugasnya sebagai guru, Ahmad Sofyan, rela menyeberangi sungai menggunakan perahu. Sekolah tempatnya mengabdi berada di pelosok di Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Ahmad dan para guru lainnya yang mengajar di SDN 1 Sungai Bedaun, SDN 3 Kumai Hilir, SMPN 6 Kumai, serta SD-SMP Satu Atap Negeri 4 Kumai di Sei Sekonyer, kerap berangkat dan pulang bersama-sama. Saat kondisi air sedang surut, untuk mencapai perahu yang menjemput, Ahmad beserta pengajar lainnya harus berjalan kaki menembus hutan bakau di tepi sungai.

Medan yang sulit ini ditempuh tergantung musim pasang surut air. Terkadang, mereka berjalan kaki menyusuri sungai. Kegiatan tersebut, telah mereka lakukan selama puluhan tahun mengajar. Wah hebat sekali ya perjuangan para guru di atas. Semoga bisa menginspirasi ya!

 

Editor : Iskandar Nasution

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut