5 tips Mengatasi dan Menghindari Tantrum Pada Anak, Kenali Pemicunya!

JAKARTA, iNewsPandeglang.id- Tantrum sering terjadi pada anak, tantrum sendiri merupakan perilaku anak yang menangis histeris dan susah untuk berhenti. Saat anak tantrum, apalagi saat di muka umum, tak ayal membuat para orang tua kerepotan dan merasa panik.
Anak yang menangis, meronta-ronta, rewel, mengamuk bahkan berguling-guling di lantai memang membuat bingung sekaligus panik para orang tua. Aksi yang dilakukan anak kecil, biasanya berusia 1 sampai 4 tahun ini diketahui merupakan bagian dari tantrum, yang bahkan pada beberapa kasus, anak-anak bisa bahkan menahan napas, muntah, memecahkan barang atau melukai diri sendiri atau orang lain sebagai bagian dari tantrum.
Lantas adakah cara yang bisa dilakukan orang tua untuk mengurangi kemungkinan terjadinya tantrum pada anak? Tenang, ternyata ada kok langkah-langkah yang bisa dilakukan ayah dan bunda untuk menekan risiko peluang terjadinya tantrum pada anak. Berikut ulasannya di bawah ini, sebagaimana dikutip dari Raising Children. (13/10/2022) .
1. Ajari paham emosi: Bantu anak untuk memahami emosinya. Anda dapat melakukan ini sejak lahir dengan menggunakan kata-kata untuk melabeli perasaan seperti 'senang', 'sedih', 'lelah', 'lapar' dan 'nyaman'.
2. Kenali pemicunya: Mengidentifikasi pemicu tantrum seperti kelelahan, kelaparan, kekhawatiran, ketakutan atau overstimulasi. Orang tua mungkin bisa merencanakan situasi ini dan menghindari pemicunya – misalnya, dengan pergi berbelanja setelah anak tidur siang atau makan sesuatu.
3. Diapresiasi: Ketika anak menangani situasi yang sulit tanpa mengamuk, dorong mereka untuk mendengarkan bagaimana rasanya. Misalnya, 'Saya baru saja melihat kamu membangun menara itu tanpa merasa sedih ketika jatuh. Bagaimana rasanya? Apakah Anda merasa kuat dan senang?’.
4. Komunikasi: Bicarakan tentang emosi setelah tantrum saat anak tenang. Misalnya, 'Apakah kamu melempar mainan itu karena kamu kesal karena tidak berfungsi? Apa lagi yang bisa kamu lakukan?’. Aktif ajak anak untuk berkomunikasi dua arah.
5. Model reaksi: Lakukan model reaksi positif terhadap stres. Contohnya, 'Saya khawatir kemacetan lalu lintas ini membuat kita terlambat. Jika saya menarik napas dalam-dalam, itu akan membantu saya tetap tenang’.
Sebagai tambahan, saat tantrum terjadi, cara meresponsnya pun tergantung pada usia anak. Pertama, untuk usia balita, tangani dengan cara tetap dekat dengan anak, tawarkan kenyamanan, dan yakinkan anak bahwa Anda sebagai orang tua itu bisa memahami perasaan mereka.
Sementara untuk anak yang lebih besar, Anda dapat menggunakan lima langkah, yakni menenangkan, mengidentifikasi emosi, menyebutkannya, berhenti sejenak, mendukung anak saat mereka sudah tenang, serta mengatasi masalah yang memicu tantrum.
Editor : Iskandar Nasution