JAKARTA, iNewsPandeglang.id - Mantan Deputi Bidang Operasi Basarnas Republik Indonesia, Mayjen (Purn) Tatang Zaenudin mempertanyakan siapa yang salah atas terjadinya tragedi Arema yang terus menelan korban nyawa. Tragedi berdarah usai kekalahan skor 2-3 Arema FC versus Persebaya. Suporter Arema memasuki lapangan karena timnya kalah.
Hal ini diungkapan Tatang melalui siaran persnya bahwa kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur kini sisahkan kepiluan dan keprihatinan semua pihak.
Tatang juga menyampaikan duka yang mendalam. Dia menyebut tragedi di Peru tahun 1964 telah menjadi bayangan hitam dalam persepakbolaan dunia.
Saat itu, keputusan wasit dan penanganan aparat kepolisian yang tidak profesional sehingga mengakibatkan 328 orang meninggal dunia.
"Kini Indonesia kembali mengalami hal yang sama. Tragedi Malang ini adalah tragedi maut terbesar ke 2 di dunia," ujar Tatang melalui siaran persnya, Minggu (2/10/2022).
Bahkan dia mengatakan kejadian tersebut diduga akibat penanganan aparat yang kurang profesional.
Indonesia mencatat, kabarnya yang meninggal dunia mencapai180 orang, dan mungkin bisa bertambah. Semua berawal dan disebabkan gas air mata.
"Ingat aturan FIFA, aparat Kepolisian dilarang membawa gas air mata ke lapangan dan senjata api, bahkan senjata tajam. Di sini inti penyebabnya adalah aparat kepolisian yang harus bertanggung jawab," tuturnya.
Tokoh yang dikenal kelahiran asal Jawa Barat ini juga minta kepada Kapolri mengambil sikap tegas dan melakukan investigasi atas pelanggaran penggunaan gas air mata di dalam stadion.
"Saya minta Kapolri segera tuntaskan pelanggaran penggunaan gas air mata yang dilakukan anggota kepolisian. Sekaligus memeriksa cairan jenis apa dalam kandungan gas air mata yang disemprotkan kepada penonton," katanya tegas.
Dari data sebelumnnya BPPD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Jawa Timur pada pukul 10.30 wib menyatakan korban jiwa telah bertambah menjadi 174 orang. Total ada 11 orang luka berat. Sementara sudah ada 298 orang lainnya luka ringan.
Detik-detik suporter Arema merengsek masuk ke tengah lapangan. Foto Istimewa
Selain itu, ada 8 rumah sakit rujukan untuk para korban yaitu RSUD Kanjuruhan, RS Wava Husada, Klinik Teja Husada, RSUD Saiful Anwar, RSI Gondanglegi, RSU Wajak Husada, RSB Hasta husada, dan RSUD Mitra Delima.
Sementara Dinkes Kabupaten Malang data sementara diperoleh jumlah korban meninggal sekitar 180 orang.
Insiden tersebut dengan sigap direspons polisi dengan menghadang dan menembakkan gas air mata.
Gas air mata itu ditembakan tidak hanya kepada suporter yang memasuki lapangan, tetapi juga ke arah tribun penonton yang kemudian memicu kepanikan suporter.
Akibatnya, massa penonton berlarian dan berdesakan menuju pintu keluar, hingga sesak nafas, penumpukan massa, dan terinjak-injak.
Relawan yang terjun ke RSUD Dr. Saiful Anwar, Nelly, mengatakan rumah sakit akhirnya mencetak gambar jenazah untuk memudahkan identifikasi oleh keluarga.
Kegaduhan berawal dari Aremania melemparkan sejumlah flare dan benda-benda lain ke area lapangan.
Dua unit mobil polisi menjadi sasaran amukan suporter. Mobil K9 terbakar dan unit lainnya rusak parah dengan posisi miring.
Petugas keamanan setempat sudah berusaha mencegah kericuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan. Namun, karena jumlahnya tak sebanding, petugas akhirnya menembakkan gas air mata sehingga membuat suporter sulit bernapas dan pingsan.
Editor : Iskandar Nasution