Biaya pun membengkak karena harus rutin kontrol ke Jakarta. “Naik motor ke Stasiun Rangkas, lanjut kereta ke Palmerah, terus busway ke rumah sakit. Gak ada bantuan dari pemerintah. Ambulans juga gak pernah, saya takut ada biaya lagi,” ujarnya.
Sementara itu, sang suami hanya bekerja serabutan. “Kadang mungut rongsok, kadang kerja muat besi. Apa aja yang penting halal,” tutur Misnah.
Tak hanya susu, kantong kolostomi pun tidak ditanggung BPJS. Kini keluarga kecil ini pasrah dan berharap ada uluran tangan. “Saya cuma pengen anak saya bisa sehat, bisa dioperasi, dan gak sakit terus,” ucap Misnah lirih.
Editor : Iskandar Nasution
Artikel Terkait