JAKARTA, iNewsPandeglang.id - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi kembali jadi perbincangan hangat. Sebagian menganggap pendekatan itu inovatif dan mempererat hubungan dengan masyarakat, sementara yang lain menilainya sebagai langkah strategis demi pencitraan politik.
Dedi Mulyadi yang akrab disapa Kang Dedi ini dikenal aktif membagikan aktivitasnya ke media sosial. Dari membantu warga hingga inspeksi mendadak, hampir semua kegiatannya diunggah ke platform seperti TikTok, Instagram, hingga YouTube.
Langkah ini membuat popularitasnya melejit, namun tak sedikit pula yang mempertanyakan tujuannya. Sebutan "Gubernur Konten" yang dilontarkan Gubernur Kaltim Rudy Mas’ud saat rapat DPR seolah menjadi sindiran atas gaya Dedi yang disebut lebih sibuk membuat konten daripada bekerja di balik meja.
Dedi membantah tudingan itu. Ia menyebut media sosial justru membantu menyampaikan program pemerintah tanpa harus membuang banyak anggaran. “Dulu promosi sampai Rp50 miliar, sekarang cukup Rp3 miliar,” katanya santai.
Namun tak semua pihak sepakat. Pengamat komunikasi politik Jamiluddin Ritonga menilai gaya blusukan ala Dedi seperti mengulang pola Jokowi di awal masa jabatannya. Di satu sisi, publik melihatnya sebagai pemimpin yang responsif. Di sisi lain, ada kecurigaan bahwa semua itu dirancang demi membangun pencitraan.
“Kalau hanya reaktif di lapangan tanpa kebijakan berkelanjutan, ini berpotensi menjadi pencitraan semata,” ujar Jamiluddin.
Isu ini juga ramai di media sosial. Data Drone Emprit menunjukkan, sejak Maret hingga April 2025, Dedi dibahas dalam lebih dari 60 ribu mention. Di media online, 69% sentimen positif. Tapi di media sosial, 38% negatif menunjukkan ada resistensi publik.
Editor : Iskandar Nasution
Artikel Terkait