"Perjalanan sangat berat, Istri saya harus menahan rasa sakit selama dua jam perjalanan," kata Endang.
Ia menjelaskan bahwa meskipun kondisi semakin darurat, mereka harus melawan arus sungai yang deras dan medan yang sulit.
Bidan Desa Idaman, Juju, menjelaskan bahwa kondisi Arsiah tidak memungkinkan untuk melahirkan di rumahnya, mengingat fasilitas bidan yang terbatas dan keterbatasan akibat banjir.
"Kami harus segera membawa pasien ke puskesmas, dan perahu karet menjadi satu-satunya pilihan untuk menyeberangi sungai yang terendam banjir," ujarnya.
Warga sekitar berharap agar pemerintah daerah dapat lebih cepat dalam merespons bencana seperti ini. Mereka menginginkan adanya perahu berukuran besar yang dapat digunakan untuk mengevakuasi korban banjir yang terjebak di rumah, terutama di wilayah yang sulit dijangkau.
Editor : Iskandar Nasution
Artikel Terkait