Hegemoni AS: Intervensi Global untuk Keamanan atau Kepentingan?

Anton Suhartono
Pertanyaan tentang mengapa Amerika Serikat (AS) selalu ikut campur urusan negara lain terus mengemuka. (Foto : Ilustrasi/Freepik)

JAKARTA, iNewsPandeglang.id Pertanyaan tentang mengapa Amerika Serikat (AS) selalu ikut campur urusan negara lain terus mengemuka. Mulai dari perang Israel-Hamas, konflik Rusia-Ukraina, hingga ketegangan China-Taiwan, AS selalu berada di garis depan. Namun, apakah intervensi ini bertujuan untuk keamanan global atau lebih didorong oleh kepentingan ekonomi dan politik?

Di setiap konflik besar, peran AS tak terhindarkan. Dalam konflik Israel-Hamas, AS menjadi sponsor utama Israel dalam persenjataan, sambil mencoba memainkan peran sebagai juru damai. Meski begitu, belum ada tanda-tanda perdamaian yang signifikan.

Mendiang Robert Jervis, seorang pengamat politik AS, pernah mengungkapkan bahwa "intervensi adalah hal yang tipikal Amerika". Dalam bukunya The New American Interventionism, ia menjelaskan bahwa intervensi militer AS telah menjadi pola kebijakan luar negeri yang mencirikan hubungan AS dengan dunia luar. Menurut Jervis, kebijakan intervensionis AS menimbulkan banyak kesengsaraan global dan seringkali mengancam perdamaian.

Sejak intervensi pertama mereka pada 1805, ketika AS mendukung kudeta di Tripolitania (sekarang Libya), AS telah melibatkan diri dalam lebih dari 200 konflik bersenjata di seluruh dunia. Hal ini semakin terlihat setelah Perang Dunia II, dengan AS melancarkan intervensi di Timur Tengah, Amerika Latin, hingga Asia. Perang yang mengatasnamakan demokrasi seringkali berakhir dengan kehancuran bagi negara-negara yang mereka invasi.

Menurut data dari Journal of Conflict Resolution, tujuan AS ikut campur bisa bermakna positif maupun negatif. Mulai dari peluang ekonomi, perubahan rezim, hingga penegakan hukum internasional, intervensi AS tetap menjadi topik yang kontroversial. Salah satu contoh adalah perang di Afghanistan yang menewaskan puluhan ribu warga sipil dan menyebabkan jutaan orang menjadi pengungsi.

Mantan Presiden AS Jimmy Carter pernah menyatakan bahwa AS adalah negara yang paling suka berperang dalam sejarah dunia. "Hanya dalam 16 dari 242 tahun sejarahnya, Amerika menikmati perdamaian," ujarnya pada 2019.

Para pengamat menilai bahwa intervensi AS seringkali bukan semata-mata demi keamanan global, melainkan demi mengamankan kepentingan ekonomi dan geopolitik AS di seluruh dunia. “Intervensi ini lebih banyak didorong oleh hasrat untuk mempertahankan hegemoni Amerika di dunia, daripada upaya tulus untuk mendukung perdamaian,” kata seorang analis politik.

Dengan sejarah panjang intervensi di berbagai negara, pertanyaan tentang motivasi AS di setiap konflik tetap menjadi topik perdebatan. Apakah benar AS bertindak demi keamanan global, atau sekadar melindungi kepentingan strategisnya?

Editor : Iskandar Nasution

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network