PANDEGLANG, iNewsPandeglang.id - Masjid Agung As-Salafie peninggalan Syekh Asnawi Bin Syekh Abdurrahman di Desa Caringin, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandwglang, Banten sangat menarik perhatian. Masjid bersejarah yang didirikan oleh Syekh Asnawi pada tahun1877 itu hingga saat ini masih berdiri kokoh.
Diketahui, Syekh Asnawi lahir pada 1850 dari keluarga religius. Ayahnya bernama Syekh Abdurahman bin Syekh Afifuddin dan ibunya, Ratu Sabi’ah. Sejak usia 9 tahun berguru kepada Syekh Nawawi Al Bantani di Mekkah bersama Syekh Hasyim Asy'ari pendiri NU. Syekh Asnawi adalah ulama pejuang dalam melawan Belanda dan memimpin perang pada tahun 1926.
Masjid Agung As-Salafie Labuan Pandeglang masjid Peninggalan Syekh Asnawi Caringin, Labuan, Pandeglang. Foto Ujang Suryana
Sewaktu hidupnya, Syekh Asnawi merupakan tokoh pejuang melawan kolonial Belanda, juga banyak berperan dalam penyebaran Islam. Ya, salah satu bukti peninggalan sejarahnya itu yakni Masjid Salafiah atau Masjid As-Salafie ini.
Model bangunannya bergaya klasik seperti halnya bangunan kuno, Masjid berbentuk segi empat dengan penyangga fondasi yang memiliki kisah unik. Menurut cerita yang beredar di masyarakat, pilar pada bangunan di dalam masjid tersebut menggunakan satu pohon Limus yang dibelah menjadi empat.
H. Ahmad Saukat Tudin yang merupakan keturunan Syekh Asnawi mengatakan bahwa masjid tersebut didirikan sekitar tahun 1877 oleh Syekh Asnawi kemudian pada 1984 mengalami pemugaran.
"Masjid Caringin ini didirikan sekitar tahun 1877. Semuanya asli tidak ada perubahan cuma cat-cat saja pernah ada pemugaran," ucapnya ketika berbincang-bincang dengan iNewsPandeglang di Masjid tersebut Minggu, (26/3/2023).
Dikisahkanya, terdapat 3 menara di masjid itu yang berarti bahwa dalam beribadah itu harus mematuhi kepada 3 unsur yaitu keimanan, keislaman dan keihsanan. Selain itu gaya klasik dalam bangunan itu juga melambangkan fenomena alam di Caringin. Tak hanya itu kata dia, masjid ini pun menjadi saksi bisu saat terjadi letusan Gunung Krakatau waktu silam. Masjid ini bisa menampung hingga 500 jamaah.
Sementara itu, Arif asal Bandar Lampung yang singgah di masjid tersebut mengaku tidak tahu dari awal masjid tersebut bersejarah, namun dari struktur bangunan menurut ia gaya klasik tempo dulu.
"Saya dari Lampung dari kapal terus di dermaga maping cari masjid terdekat rupanya ini dapatnya yang terdekat dari dermaga. Saya rasa ini masjid etnik, unik mungkin peninggalan Belanda lihat dari arsitekturnya bentuk bangunan pun beda. Luar biasa saya gak rugi singgah ada kenangan tersendiri pak rencananya mau foto-foto ini," ujarnya.
Masjid ini menurutnya nyaman, berharap untuk dirawat karena punya nilai sejarah tersendiri. Terlebih untuk mempertahankan keasliannya seperti bahan dari kayu lumayan susah. " Ini penting sekali perawatannya," pungkasnya.
Editor : Iskandar Nasution