Suryana mengatakan, masyarakat di desanya sangat antusias memberikan dukungan untuk Timnas Maroko. Ia berharap mimpi mereka agar tim kesayangannya menjadi juara di Piala Dunia kali ini benar-benar terwujud.
"Tidak ada yang tidak mungkin. Dukungan dan support dari warga Desa Maroko untuk Negara Maroko sangat besar, masyarakat sangat antusias," katanya.
Lini belakang Maroko sejauh ini memang sangat solid. Sejak pertandingan dimulai, Portugal cukup kerepotan untuk menembus pertahanan Jawad El-Yamiq dkk, meski di awal daya gedor mereka sangat dominan.
Diturunkannya Cristiano Ronaldo untuk mengganti Ruben Neves pada paruh kedua pun tampaknya belum mampu menyamakan kedudukan atas Maroko. Berbagai tembakan yang diarahkan para pemain Selecao das Quinas dan satu peluang emas CR7 berhasil ditepis Yassine Bounou.
Yassine Bounou tampaknya benar-benar menjadi benteng terakhir Maroko. Kuatnya pertahanan tim asal negara kawasan Afrika Utara itu tetap kokoh hingga akhir pertandingan, walau jumlah pemain Maroko berkurang seorang, setelah Walid Cheddira dihadiahi kartu merah usai mengoleksi dua kartu kuning dalam laga tersebut.
Untuk diketahui kisah penamaan Desa Maroko di Kabupaten Garut menurut sejarahnya, bermula dari nama kampung asal Kepala Desa Maroko pertama di tahun 1964 silam, Haji Umar, yakni Kampung Maroko. Saat itu, Desa Maroko dimekarkan dari Kawedanaan Pameungpeuk.
Artikel ini telah tayang di halaman SINDONews.com Warga Desa Maroko Sambut Kemenangan Singa Atlas dari Portugal di Perempat Final Piala Dunia 2022
.
Editor : Iskandar Nasution
Artikel Terkait