JAKARTA, iNewsPandeglang.id –Ketika mengalami sakit tulang belakang akibat saraf terjepit, hal yang dirasakan sangat luar biasa sakitnya. Dan sakit ini dapat mengganggu kegitan sehari-hari bahkan ada yang tidak bisa bangun dari Kasur.
Sakit tulang belakang atau spinal pain merupakan nyeri yang terjadi pada bagian ruas tulang belakang. Tulang belakang yang bermasalah jika dibiarkan dampaknya bisa fatal. Dokter Martha Siahaan, CEO RS Premier Bintaro mengatakan, gangguan tulang belakang atau yang biasa disebut saraf kejepit jangan disepelekan. Dibutuhkan penanganan yang benar agar tidak berakibat fatal.
Menurutnya, saraf kejepit ini akan mengganggu tungkai, paha, betis, atau leher yang menjalar hingga ke tangan dan lengan. "Setiap orang pasti pernah mengalami keluhan pada tulang belakang. Penyebabnya, mulai dari intensitas tumpuan pada tulang belakang dan leher saat beraktivitas sehingga menimbulkan keluhan pada tulang belakang dan tulang leher," kata dr Martha melalui keterangannya dikutip Selasa (25/10/2022).
Saraf terjepit sering terjadi pada bagian keempat atau kelima vertebra lumbal (di punggung bawah) atau vertebra serviks (di leher), dan rentan terjadi pada orang lanjut usia
Adapun ciri-ciri gangguan pada tulang belakang adalah sakit pinggang yang disertai gejala nyeri mulai dari paha, menjalar hingga tungkai. Kemudian, sakit tulang belakang di bagian leher dan nyeri di bagian lengan dan juga sering kesemutan. Jika gangguan tulang belakang ini sangat serius, harus diatasi dengan tindakan operasi.
Dokter spesialis tulang belakang di RSPB, Asrafi Rizki Gatam mengatakan, saraf terjepit tidak terjadi secara instan, Biasanya, ada proses diawali sakit pinggang akibat sobekan di ligamen atau bantalan tulang belakang, kemudian ada komponen bantalan yang ke luar dari posisinya sehingga menjepit bantalan. "Pada pasien dengan gejala berat, kerap ditemukan keluhan kelemahan fungsi organ lain seperti lutut dan pergelangan tangan, bahkan ada yang kehilangan rasa," kata dr Asrafi.
Menurut dia, untuk mengobati sakit tulang belakang harus berdasarkan hasil diagnosa. Apakah itu dengan obat-obatan, vitamin neurotropik untuk memberikan nutrisi pada saraf, hingga tindakan operasi.
Seiring dengan tranformasi digital, RS mulai melakukan inovasi. Salah satunya, seperti yang dilakukan oleh RS Premier Bintaro, meluncurkan ROBBIN (Robot Bintaro), terobosan baru dalam prosedur bedah tulang terutama di Asia Tenggara. Navigasi Robotik ini digunakan pada operasi tulang belakang dan juga kasus bedah tulang lainnya.
Teknologi ini memungkinkan pemasangan implant pada operasi tulang belakang memiliki tingkat akurasi yang sangat tinggi. dr. Martha Siahaan mengatakan, teknologi ini menggunakan teknik operasi minim sayatan dan cidera jaringan sehingga risiko pendarahan dan infeksi menjadi lebih sedikit, serta dapat mempersingkat waktu operasi dan pemulihan pasien.
"Sebelumnya operasi tulang belakang memakan waktu 8 jam, namun dengan menggunakan Robbin dapat dipangkas menjadi 2 jam," kata dr Martha. Dr. Asrafi Rizki Gatam menambahkan, Robotic Navigation Spine Surgery atau Robot Assisted Spine Surgery adalah tindakan pembedahan yang menggunakan teknologi lengan robot dalam melakukan operasi pada tulang belakang. Menurut dr Asrafi, pada umumnya seorang dokter orthopaedi melakukan pemasangan implant pada tulang belakang dengan cara ‘free hand’, cara ini mengandalkan pengetahuan anatomi tulang belakang dan dengan bantuan x-ray.
Kemudian, dokter orthopaedi yang melakukan tindakan tersebut harus menjaga stabilitas tangannya ketika melakukan pemasangan implant melalui koridor yang sangat sempit dekat dengan struktur-struktur penting seperti saraf dan pembuluh darah. Pemasangan implant dengan cara ‘free hand’ ini sebetulnya dapat dilakukan dengan aman, tetapi operasi tulang belakang dengan durasi yang cukup lama dapat menyebabkan seorang dokter kelelahan baik secara fisik maupun mental.
"Robot yang digunakan pada operasi tulang belakang dapat melakukan pekerjaan berulang-ulang kali dengan ketahanan yang sangat tinggi tanpa mengurangi performa dan mengurangi risiko human error karena kelelahan sehingga akan meningkatkan hasil operasi pada pasien," kata dia.
Operasi dengan robot, lanjutnya diawali dengan perencanaan pada mesin robot untuk menentukan arah dan posisi implant sehingga penempatan implant menjadi akurat dengan tingkat akurasi 99 persen. Dr Asrafi menjelaskan, operasi kasus-kasus kompleks dengan perubahan struktur anatomi normal menjadi sangat mungkin dilakukan dengan menggunakan teknologi robot, contoh kasus yang sulit dilakukan tanpa robot antara lain adalah scoliosis berat, rheumatoid arthritis pada tulang leher, penyakit degenerative berat pada tulang belakang dan pergeseran tulang derajat 3-4.
"Selain akurasi, penggunaan robot juga dapat meminimalisasi dosis radiasi baik pada pasien, dokter dan staf kamar operasi," kata dia
Editor : Iskandar Nasution
Artikel Terkait