5 Tahun Hidup di Huntara: Warga Cigobang Lebak Berebut Air Sawah demi Bertahan Hidup

LEBAK, iNewsPandeglang.id – Sudah lima tahun warga korban bencana banjir bandang dan longsor di Kampung Cigobang, Desa Banjarsari, Kecamatan Lebak Gedong, Lebak, Banten masih bertahan di hunian sementara (huntara). Mereka hidup dalam ketidakpastian, berebut air dari saluran sawah, dan menunggu janji relokasi yang tak kunjung ditepati.
“Sama-sama korban, sama-sama Pak Jokowi yang datang dulu sekarang anaknya jadi Wakil Presiden, tapi kenapa kami beda nasib sama warga Bogor? Mereka sudah tinggal di huntap, kami masih di huntara,” ujar Sani, warga Huntara 2 saat ditemui di lokasi, Selasa (13/5/2025).
Ia menambahkan, “Dulu Bupatinya Ibu Iti, sekarang adiknya sendiri, Pak Hasbi. Presidennya juga sama Pak Prabowo cuma beda bupati.”
Sani dan warga lain terpaksa antre air sejak malam. “Kalau siang habis, karena dipakai nyuci semua. Kalau hujan, kami tampung air hujan,” katanya.
Odah, penyintas lain, menceritakan trauma saat rumahnya rata dengan tanah. “Saya lari cuma pakai baju tidur. Semua habis, rumah, padi, nggak sempat selamatkan apa-apa," kenangnya.
Kondisi huntara sangat memprihatinkan. Bocor saat hujan, panas menyengat siang hari, dan tak ada kepastian soal relokasi. “Kami hanya ingin rumah yang layak,” keluh Odah.
Yang lebih menyedihkan, ada penghuni huntara yang kini tak lagi bisa bekerja karena sakit paru-paru. “Berobat gratis, tapi ongkos ke rumah sakit aja nggak ada. Motor juga nggak punya,” ucap pria paruh baya tersebut lirih.
Sebagai informasi, bencana besar yang melanda Cigobang pada awal 2020 menghancurkan puluhan rumah dan menewaskan enam warga. Kampung tersebut kini menjadi kampung mati karena warga belum berani kembali akibat trauma dan kekhawatiran akan bencana susulan.
Kondisi ini semakin memprihatinkan mengingat 177 kepala keluarga (525 jiwa) masih menetap di Huntara Cigobang 1–4 dalam kondisi jauh dari standar kelayakan.
Editor : Iskandar Nasution