Apa Itu Produksi Film Negara? BUMN Legendaris yang Kini Dipimpin Ifan Seventeen

JAKARTA, iNewsPandeglang.id – Riefian Fajarsyah atau yang lebih dikenal sebagai Ifan Seventeen baru-baru ini ditunjuk sebagai Direktur Utama PT Produksi Film Negara (PFN). Keputusan ini cukup mengejutkan, mengingat Ifan lebih dikenal sebagai musisi. Lantas, apa sebenarnya PFN, dan bagaimana perjalanan Ifan hingga menduduki posisi ini?
Diketahui, PFN merupakan salah satu perusahaan milik negara yang bergerak di industri perfilman Indonesia. Didirikan pada tahun 1949, awalnya PFN berfokus pada produksi film dokumenter dan berita guna mendukung program pemerintah. Seiring waktu, perusahaan ini turut memproduksi film cerita dan menjadi salah satu pionir perfilman nasional.
Beberapa film legendaris yang diproduksi PFN antara lain Darah dan Doa (1950), Si Pintjang (1951), dan Lewat Djam Malam (1954). Namun, dalam beberapa dekade terakhir, produksi film PFN mengalami penurunan, dan perusahaan ini lebih banyak beralih ke layanan penyewaan peralatan serta studio.
Profil Ifan Seventeen: Dari Musik ke Dunia Perfilman
Ifan Seventeen lahir di Yogyakarta pada 16 Maret 1983. Ia mulai dikenal sebagai vokalis band Seventeen sejak tahun 2008. Bersama Seventeen, ia meraih popularitas melalui lagu-lagu hits seperti Selalu Mengalah, Jaga Selalu Hatimu, dan Kemarin, yang menjadi ikon musik pop Indonesia.
Pada 2018, Ifan mengalami tragedi besar saat tsunami yang melanda Pandeglang, Banten, merenggut nyawa tiga personel Seventeen dan istrinya, Dylan Sahara. Meski terpukul, Ifan terus berkarya di industri hiburan dan aktif dalam berbagai kegiatan sosial.
Keputusan pemerintah menunjuk Ifan sebagai pemimpin PFN menimbulkan pro dan kontra. Sebagian pihak optimis bahwa pengalaman Ifan di dunia hiburan bisa membawa inovasi baru bagi PFN. Mereka berharap Ifan mampu menghidupkan kembali produksi film nasional yang sempat meredup.
Namun, ada juga yang meragukan kapasitas Ifan dalam memimpin BUMN perfilman ini, mengingat latar belakangnya yang lebih dominan di industri musik. Kekhawatiran ini muncul karena perfilman memiliki tantangan berbeda dibanding dunia musik.
Terlepas dari kontroversi yang ada, harapan besar kini tertuju pada Ifan untuk membawa PFN kembali berjaya. Dapatkah ia membuktikan kemampuannya dalam dunia perfilman? Waktu yang akan menjawab.
Editor : Iskandar Nasution