LEBAK, iNewsPandeglang.id -Terkait peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), situasi di Puskesmas Cihara memang menjadi perhatian karena jumlah pasien yang meningkat secara signifikan. Langkah-langkah pencegahan dan penanganan yang tepat perlu segera dilakukan untuk mengatasi lonjakan kasus ini dan mencegah penyebaran lebih lanjut.
Pemberantasan sarang nyamuk dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang tindakan pencegahan DBD merupakan langkah yang krusial dalam mengatasi situasi ini. Semoga dengan upaya bersama dari pihak terkait dan partisipasi aktif masyarakat, penyebaran DBD dapat segera terkendali dan jumlah pasien yang terjangkit dapat dikurangi.
DBD, atau Demam Berdarah Dengue, merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini dapat menjangkiti orang di berbagai wilayah yang memiliki populasi nyamuk pembawa virus DBD.
Untuk mengetahui apakah seseorang terjangkit DBD, biasanya dilakukan pemeriksaan darah. Darah tersebut kemudian diperiksa di laboratorium untuk mendeteksi keberadaan virus DBD atau tanda-tanda infeksi.
Ketika terjadi wabah DBD yang meluas, seperti yang terjadi di wilayah ini penanganan pasien dapat menjadi tantangan. Ruang perawatan mungkin menjadi penuh, terutama jika jumlah kasus meningkat secara tiba-tiba. Pasien DBD yang mengalami gejala berat mungkin perlu dirawat di rumah sakit atau pusat pengobatan khusus.
Pina, petugas Puskesmas Cihara bagian Program DBD menyebutkan dalam kasus DBD terdapat 13 orang yang dirawat di Puskesmas, di mana 12 di antaranya terkonfirmasi mengidap DBD. Pasien dengan kondisi yang lebih berat atau memerlukan perawatan intensif mungkin akan dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih besar.
"Untuk Januari ada 13 orang dan Februari 33 orang yang sudah dirawat di puskesmas, 1 orang meninggal dunia anak umur 9 tahun," ucapnya saat ditemui di Puskesmas Cihara, Sabtu (24/2/2024).
Imbauan kepada masyarakat kata dia, dalam situasi ini biasanya menekankan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan melakukan tindakan pencegahan seperti menguras bak air, menutup tempat-tempat yang berpotensi sebagai tempat berkembang biak nyamuk, dan menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan kelambu atau repelan. Selain itu, juga penting untuk memberikan informasi tentang gejala DBD agar masyarakat dapat segera mencari pertolongan medis jika diperlukan.
Nyamuk yang membawa virus DBD biasanya aktif pada pagi dan sore hari, sehingga langkah-langkah pencegahan seperti penggunaan kelambu atau repelan menjadi penting pada saat-saat tersebut. Wilayah yang rawan DBD biasanya termasuk desa-desa di mana populasi nyamuk pembawa virus tersebut tinggi, seperti dari desa Cibobos dan Karangkamulyan.
Sementara Dede Erick, Petugas Puskesmas Panggarangan mengatakan, terkait dengan DBD, jumlah kasus yang masuk di Puskesmas Panggarangan sejauh ini adalah 4, namun 3 di antaranya telah dirujuk ke rumah sakit, jadi yang tinggal di sini hanya 1. Untuk keseluruhan kasus DBD dari Januari sampai sekarang, Panggarangan memiliki 3 kasus yang terkonfirmasi, dan total ada sekitar 7 kasus dari luar wilayah, terutama dari Kecamatan Cihara dengan mayoritas dari Kampung Cibobos.
"Alhamdulillah, untuk tahun ini belum ada yang meninggal. Panggarangan memiliki situasi yang cukup spesial terkait dengan DBD. Jenis nyamuk yang membawa virus DBD adalah Aedes aegypti, yang sering disebut nyamuk belang-belang. Masa inkubasi dari gigitan nyamuk hingga timbulnya gejala biasanya berkisar antara 7 hingga 12 hari," katanya.
Gejala DBD meliputi demam, menggigil, nyeri otot, dan ruam merah pada kulit. Nyamuk yang telah menggigit tidak langsung mati, mereka dapat menularkan virus kepada orang lain melalui gigitan berikutnya. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk untuk mencegah penyebaran DBD.
Meskipun fogging dapat membunuh nyamuk yang terbang, namun tidak efektif untuk sarang nyamuk di dalam got atau tempat penampungan air. Nyamuk Aedes aegypti cenderung aktif pada sore atau malam hari, dan siklus penyebarannya terus-menerus. Nyamuk tersebut dapat terbang hingga sekitar 200 meter dari lokasi asalnya.
Menurut data Dinkes Lebak, dari Januari hingga 15 Februari 2024, sebanyak 610 warga Kabupaten Lebak terjangkit DBD, dengan empat orang meninggal dunia. Ini meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yang mencatat 760 kasus DBD dan empat orang meninggal dunia sepanjang Januari hingga Desember 2023.
Imbauan dari Dinkes Kabupaten Lebak untuk melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) menjadi langkah penting dalam menghadapi maraknya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Hal ini sejalan dengan fokus pencegahan DBD dengan mengurangi populasi nyamuk pembawa virus.
Pencegahan DBD dilakukan dengan mengurangi sarang nyamuk, karena fogging hanya efektif untuk membunuh nyamuk dewasa dan hanya berlangsung sementara. Menguras tempat penampungan air, menutup tempat-tempat penampungan air, dan mendaur ulang barang-barang yang dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk merupakan tindakan penting dalam upaya pencegahan.
Data dari Dinkes Lebak menunjukkan peningkatan kasus DBD, sehingga tindakan pencegahan seperti gerakan PSN menjadi semakin penting. Warga juga diimbau untuk melakukan Jumat bersih setiap minggu sebagai tambahan upaya dalam mencegah DBD.
Editor : Iskandar Nasution