Lebak Selatan Dihantam Banjir Bandang, Kumala Desak Pemda Kaji Ulang Design Pembangunan
![header img](https://img.inews.co.id/media/600/files/networks/2022/10/12/e5a91_banjir-bandang-di-bayah-warga-cimancak-panik.jpg)
LEBAK, iNewsPandeglang.id – Menyikapi banjir bandang yang menghantam sejumlah Kecamatan di Lebak Selatan, Keluarga Mahasiswa Lebak (KUMALA). Selain turun langsung ke lapangan untuk memperkuat data, organisasi kemahasiswaan ini juga secara serius mencermati penyebab munculnya bencana alam yang telah merugikan masyarakat sekitar dan tidak kurang dari 200 orang menjadi pengungsi.
Peristiwa banjir menerjang Lebak Selatan yakni di Kecamatan Bayah, Cibeber, Cilograng, Panggarangan dan Cigemblong untuk kesekian kali khususnya yang paling parah adalah Kecamatan Bayah dan Cibeber pada Minggu, (9/10/2022) lalu sangat besar dampaknya banjir bandang yang menganyutkan bangunan rumah, mesjid, dan lainnya dan berapa banyak yang jadi pengungsi. Tak hanya itu, banjir bandang kembali menerjang pada Selasa (11/10) kemarin, akibatnya Jembatan Cimadur Legon di Bayah hanyut terbawa arus hingga ribuan orang terisolir.
Seperti diungkapkan Ketua Koordinator KUMALA Mambang Hayali, penyebab banjir bandang, tidak semata-mata disebabkan oleh curah hujan atau faktor alam, melainkan karena faktor manusia. Dimana ratusan hektar lahan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNHGS) telah dirusak untuk kepentingan industri pertambangan.
“Bukan dampak alam seutuhnya, harus dipetakan dari hulu ke hilir. “Sudah jelas kan, karena kerusakan TNHGS ini diduga menjadi penyebab terjadinya kenaikan air dan akhirnya menerjang TNHGS sebagai benteng pertahanan hingga kemudian menjadi bencana banjir bandang,” tuturnya kepada iNewsPandeglang.id, Rabu (12/10/2022).
Oleh karena itu, KUMALA mendesak Bupati Iti Jayabaya beserta jajaran Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak untuk segara mengkaji ulang design pembangunan, khususnya femokusan pertambangan.
“Intinya ingin mengajak Ibu Iti sama-sama mengkaji ulang persoalan lingkungan ini, bahwa ini adalah persoalan yang sangat serius,” ucapnya.
Ia juga berharap, Pemda mau dengan terbuka mendengarkan masukan dan berdiskusi untuk mencari solusi persoalan ini.
“Kami menyampaikan apa yang menjadi gagasan kami bahwa persoalan banjir ini bukan mainan, tetapi menyangkut hajat hidup banyak orang. Untuk menyelesaikan ini dibutuhkan tangan-tangan pemerintah dan kami akan mendorong untuk hal itu,” katanya.
KUMALA, seperti dungkap Mambang, telah memastikan secara langsung ke lokasi terdampak karena persoalan banjir bandang ini merupakan kepentingan KUMALA dan orang banyak, masyarakat di Lebak. Sehingga, bencana alam yang merugikan masyarakat ini, bukan hanya sekedar selesai dengan diidirikannya bantuan dapur umum atau bantuan darurat lainnya, tetapi harus diselesaikan dari akar persoalannya.
“Kami tidak ingin dicap sebagai generasi yang banyak mengeluh tapi mari kita cari solusi. Untuk memperkuat data yang kami dapat, kami akan tindaklanjuti dengan mengkaji secara geologi, karena menurut kami peristiwa ini disebabkan oleh bobolnya bentengan alam akibat pertambangan. Intinya itu sih,” katanya.
Rusaknya benteng pertahanan air yang berada di hulu akibat alih fungsi menjadi lahan pertambangan menjadi penyebab air meluap. Hal itu menurut KUMALA lantaran hutan selama ini dibiarkan mengalami alih fungsi. “Kita bicara geostrategis. Dimana bicara geografis ini adalah tentang lokasi sedangkan, strategisnya itu tentang kebijakan. Ini akan mengerucut dan berupusat di Taman TNGHS. Kenapa sungai meluap dan berdampak terhadap pemukiman yang ada di Bayah, Cibayah, Cibeber, Cilograng dan sekitarnya bukan sekedar curah hujan yang tinggi,” ucapnya.
“Berdasarkan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) yang disusun pemerintah, terdapat 859 hektar Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) yang difokuskan menjadi lahan pertambangan.Ini adalah inti persoalannya,” tutur pria bergelar Sarjana Hubungan Internasional ini dengan tegas.
Di akhir sesi wawancara, Mambang juga menyampaikan jika KUMALA saat ini tengah mengumpulkan data-data perusahaan-perusahaan yang beroperasi di di hulu atau di TNGHS dan data para pelaku tambang pasir di Kabupaten Lebak yang diduga turut bertanggungjawab atas terjadinya kerusakan alam di kabupaten yang dipimpin Iti Jayabaya itu. “Ada divisi khusus yang akan menyampaikan hal ini kepada publik, ditunggu saja,” ucapnya.
Editor : Iskandar Nasution