get app
inews
Aa Read Next : Kades Neglasari Ajak Warga Laksanakan Pemilu 2024 Secara Damai

Ini 5 Pahlawan Wanita Asal Sumatera, Yang Terakhir Seorang Wartawan Perempuan Pertama di Indonesia

Minggu, 31 Juli 2022 | 09:07 WIB
header img
Lukisan pahlawan Wanita Rohana Kudus (foto: Antara)

JAKARTA, iNewsPandeglang.id - Bangsa Indonesia tidak akan berdiri tanpa jasa-jasa para pahlawan. Tidak hanya para laki-laki, wanita Indonesia juga turut berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan.

Bukan hanya di medan perang, para pahlawan wanita ini juga berjasa dalam berbagai bidang mulai dari emansipasi wanita, pers hingga pendidikan. Indonesia mempunyai banyak nama pejuang wanita termasuk dari Pulau Sumatera.

Berikut daftar pahlawan wanita dari Pulau Sumatera yang mempunyai peran penting bagi bangsa dan jasa-jasa mereka dikenang hingga sekarang.

1. Laksamana Malahyati

Nama Laksamana Malahayati atau Laksamana Keumalahayati dikenal sebagai sosok wanita pertama yang menyandang pangkat laksamana. Malahayati lahir pada tahun 1550 di Aceh. Kakek buyutnya, Sultan Salahuddin Syah, merupakan putra pendiri Kerajaan Aceh Darussalam, Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah. Ayah dan kakek Malahayati juga sama-sama seorang laksamana. Mereka adalah Laksamana Mahmud Syah dan Laksamana Muhammad Said Syah.

Malahayati membentuk pasukan Inong Balee yang terdiri atas para janda pejuang yang gugur di medan perang. Dengan pangkat laksamana yang diberikan kepadanya, Malahayati memimpin pasukan laut Kesultanan Aceh bertempur melawan Belanda pada 1599. Dalam salah satu pertempuran tersebut, pelaut Belanda yang menemukan jalur menuju Indonesia yakni Cornelis De Houtman tewas.

Tahun 1615, Laksamana Malahayati meninggal dunia. Atas jasanya, pemerintah memberikan gelar pahlawan nasional kepada Laksamana Malahayati pada November 2017.

2. Cut Nyak Dien

Cut Nyak Dien yang lahir pada tahun 1848 di Lampadang, Kerajaan Aceh, merupakan pahlawan nasional wanita yang sudah banyak dikenal. Dia tumbuh di keluarga bangsawan dengan pendidikan agama yang kuat. Tak heran jika pengetahuan agama Islam yang dimiliki Cut Nyak Dien luas.

Sosok wanita pemberani ini tampil sebagai pejuang yang melakukan perlawanan terhadap Belanda. Seusai kematian suaminya, Teuku Cek Ibrahim Lamnga, yang tewas saat bertempur melawan Belanda, Cut Nyak Dien bangkit memberikan semangat kepada rakyat Aceh agar tak gentar menghadapi pasukan Belanda yang ingin menguasai tanah Aceh.

Berkat kepemimpinannya, rakyat Aceh mampu bertahan. Bahkan, Cut Nyak Dien sangat ditakuti Belanda. Hingga akhirnya, rakyat Aceh dapat dilumpuhkan Belanda dan Cut Nyak Dien ditangkap. Dia lalu dibuang ke Sumedang dan menemui ajalnya di sana pada 6 November 1908.

Melalui SK Nomor 106 Tahun 1964, Cut Nyak Dien merupakan pejuang perempuan pertama yang mendapat gelar pahlawan nasional dari pemerintah Indonesia.

3. Cut Meutia

Lebih dari 20 tahun setelah lahirnya Cut Nyak Dien, hadir pula sosok pejuang wanita yang pemberani di Tanah Rencong, Aceh. Dia adalah Cut Meutia atau Cut Nyak Meutia, yang lahir pada tahun 1870 di Keuruetoe, Aceh Utara. Selama hidup, ia menikah tiga kali. Bersama suami keduanya, Cut Meutia mulai keluar masuk hutan untuk berperang mengusir Belanda. Meski suaminya tewas, Cut Meutia tetap meneruskan perjuangan.

Dengan suami ketiganya, ia bergabung dengan pasukan lain untuk memperbesar kekuatan menghadapi Belanda. Lagi-lagi, ia harus menerima kenyataan suaminya tewas di medan juang. Namun, Cut Meutia tidak terpuruk. Ia dan pasukan kecilnya tetap memberikan perlawanan kepada Belanda hingga akhirnya lokasi persembunyian mereka diketahui Belanda.

Pada 1910, Cut Meutia tewas di tangan Belanda karena menolak ditangkap seraya memegang rencong. Gelar pahlawan nasional diberikan pemerintah kepada Cut Meutia atas jasanya pada 2 Mei 1964.

4. Rasuna Said

Rasuna Said dikenal sebagai pahlawan nasional Indonesia asal Sumatera Barat. Wanita yang lahir pada 1910 ini memperjuangkan hak dan kesetaraan perempuan. Saat menjalani pendidikan, ia menjadi satu-satunya santri perempuan di pesantren tempatnya belajar. Sejak saat itu, Rasuna Said mulai memperhatikan dan memperjuangkan hak-hak bagi para perempuan. Dia merintis gerak kaum perempuan Minangkabau dengan tidak melanggar adat dan agama.

Rasuna Said melakukan perjuangannya di bidang politik dan pendidikan. Ia menjadi sekretaris cabang di Sarekat Rakyat, anggota Dewan Pertimbangan Agung dan Dewan Perwakilan Sumatera. Berkat kepiawaiannya dalam berpidato, dia menjadi wanita pertama yang terkena hukum Speek Delict atau hukum larangan berbicara dalam menentang Belanda.

Selain aktif di bidang politik, Rasuna Said juga aktif dalam dunia jurnalistik. Tulisannya yang tajam menjadi tonggak perlawanan dalam melawan Belanda. Berkat tulisannya tersebut, Belanda membuat ruang geraknya dibatasi.

Rasuna Said wafat pada 2 November 1965. Berkat jasa-jasanya, Rasuna Said ditetapkan menjadi pahlawan nasional pada 1974.

5. Rohana Kudus

Setelah ditetapkan sebagai pahlawan pada tahun 2019 oleh Presiden Joko Widodo, Ruhana Kuddus atau populer dengan nama Rohana Kudus menjadi salah satu pahlawan nasional yang berasal Sumatera Barat. Pemilik nama asli Siti Ruhana yang lahir pada 1884 ini merupakan wartawan perempuan pertama Tanah Air.

Sebagai insan pers, dia memperjuangkan hak-hak perempuan melalui tulisannya. Rohana Kudus menjadi sosok di balik terbitnya Soenting Melajoe, surat kabar yang dikhususkan untuk perempuan. Melalui surat kabar ini dia mengajak kawan dan para muridnya untuk menulis dan menuangkan aspirasi. Dia juga turut berkontribusi dalam lahirnya surat kabar lain, seperti Perempoean Bergerak di Medan dan surat kabar Radio di Padang.

Untuk mendukung emansipasi wanita, Rohana Kudus membangun Sekolah Kerajinan Amai Setia, sekolah yang mengajarkan keterampilan dan pengetahuan umum bagi kaum perempuan. Rohana Kudus meninggal dunia pada 1972 di Jakarta.

Editor : Iskandar Nasution

Follow Berita iNews Pandeglang di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut