8 Fakta Menarik dan Keunikan Kota Palembang, Ada Jembatan Ulang Tahun Ratu Belanda

Berli
8 Fakta Menarik dan Keunikan Kota Palembang, Ada Jembatan ulang tahun Ratu Belanda (Foto: Dok MNC Media)

PALEMBANG, iNewsPandeglang.id – Palembang  menyandang status kota besar di Indonesia dan juga disebut salah satu kota terbesar di pulau Sumatera, ternyata hanya memiliki luas wilayah 400,61 kilometer persegi. Palembang merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang juga ibu kota Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).

Kota Palembang menyimpan banyak fakta menarik di antaranya pusat perdagangan sejak ratusan tahun yang lalu.  Palembang merupakan pusat Kerajaan Sriwijaya yang berkuasa mulai abad ke-7 hingga abad ke-13. Kemudian berdiri kerajaan Islam terbesar yang dikenal dengan Kesultanan Palembang Darussalam hingga Belanda masuk dan mengungsikan Sultan Mahmud Badaruddin II ke Ternate.  

Namun dengan wilayah yang tidak begitu luas, Palembang memiliki tempat unik dan menarik.  Tidak sedikit yang mengatakan, belum ke Palembang jika tidak mengunjungi tempat - tempat unik dan menarik tersebut. Dirangkum dari banyak sumber, berikut fakta menarik tentang Palembang :

1. Alquran Al-Akbar

Fakta menarik tentang Palembang selanjutnya adalah Alquran Raksasa atau disebut Alquran Al-Akbar, karena ukurannya yang besar. Alquran Al-Akbar ini berupa ukiran ayat suci alquran di atas kayu.  Tiap lembarnya setinggi 177 sentimeter, lebar 140 sentimeter dan tebal 2,5 sentimter. Karena ukurannya yang sangat besar, Alquran Al-Akbar tercatat di Museum Rekor Indonesia (MURI).

 Alquran besar ini berada di Pondok Pesantren Al Ihsaniyah di Jalan Moh Amin, Gandus, Kecamatan Gandus, Kota Palembang. Tempat Alquran Al-Akbar terbuka untuk umum, pengelola hanya mengutip tiket untuk biaya perawatan. Setiap tahun, Alquran Al-Akbar didatangi pengunjung dari berbagai daerah hingga luar negeri seperti Malaysia. 


2. Kota tertua 

Fakta menarik tentang Palembang yang pertama adalah usianya. Palembang merupakan kota tertua di Indonesia dengan usia sekitar 1337 tahun. Hal itu berdasarkan prasasti Sriwijaya yang dikenal dengan Prasasti Kedukan Bukit. Menurut Prasasti Kedukan Bukit berangka 16 Juni 682. 

Mengutip laman resmi Pemkot Palembang, pada masa itu penguasa Sriwijaya mendirikan Wanua di daerah yang kini Palembang. Palembang yang berkembang pesat saat itu, menjadi tujuan pendatang dari berbagai daerah termasuk biksu dari China, kemudian bangsa Arab dari timur tengah.

Berbagai bangsa ini datang untuk berbagai misi termasuk menyebarkan agama dan berdagang. Kemudian mereka membaur, menetap dan terjadi pernikahan dengan pribumi.  Kini terdapat banyak permukiman yang sudah berusia ratusan tahun di sekitar Sungai Musi. Di antaranya Kampung Almunawar di Seberang Ulu yang merupakan warga dari Yaman, Kampung Arab di Kuto dan Kampung Kapitan di 7 Ulu.

3. Warga Palembang

memiliki toleransi tinggi Fakta menarik tentang Palembang berikutnya adalah terbuka dan toleransi yang tinggi. Sejak dahulu tidak pernah terjadi konflik warga pendatang dengan warga prubumi. Semua dapat hidup berdampingan, saling menghormati.  "Sejak dulu Palembang itu orannya terbuka dan toleransi selagi tidak menganggu hal yang prinsif seperti menganggu ibadah," ujar Sejarawan Sumsel KMS AR Panji.  Karena itu, berbagai etnis hidup berdampingan dengan pribumi di Palembang. Mulai dari China, Arab dan negara timur tengah lainnya hingga India. 

4. Pempek adalah segalanya

Semua sudah tahu pempek adalah makanan Palembang yang menjadi oleh-oleh bagi pendatang. Namun bagi warga Palembang pempek bukan sekedar makanan khas, namun sudah menjadi teman. Acara apa pun, musim apa pun, waktu kapan pun, pempek pasti tersedia. Bagi pemerhati kesehatan, mungkin sarapan atau berbuka puasa dengan pempek lengkap cuka yang pedas tidak disarankan.

Tapi bagi warga Palembang, sudah biasa ngirup (minum) cuka dan makan pempek di pagi hari saat perut masih kosong.  Begitu pun saat lebaran atau hari besar lainnya, walaupun di atas meja sudah tersedia berbagai kue mewah, pempek tetap tersedia dengan berbagai variannya.  Pempek adalah makanan khas Palembang yang terbuat dari adonan daging ikan giling dicampur tepung tapioka. Sementara cuka terbuat dari gula merah yang dicairkan dicampur bumbu berupa bawang putih, asam dan cabai rawit tentunya. 

5. Orang Palembang putih dan bermata sipit

Banyak yang bertanya mengapa orang Palembang putih dan bermata sipit mirip orang China, padahal cuaca Palembang panas. Banyak juga yang menduga, sejak jaman dahulu telah terjadi pernikahan antara pendatang dari Tiongkok dengan penduduk pribumi di Palembang. 

Dugaan terebut ternyata dibenarkan oleh Sejarawan Sumsel, Kemas A.R Panji. "Itu benar, bahkan salah satu dari empat istri Sultan Mahmud Badarudin (SMB) I adalah China," ujarnya via sambungan telepon kepada iNews.id, Kamis (10/11/2022). Akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang ini menyebut, sejak sekitar abad ke-14 orang dari China sudah datang ke Palembang. Salah satunya yang paling terkenal yakni Panglima Cheng Ho yang datang ke Palembang untuk berbagai misi, di antaranya menumpas perompak dan menyebarkan agama Islam. 

 6. Cinde, pasar loak terlengkap

Fakta menarik lainnya tentang Palembang yakni Pasar Loak Cinde yang buka setiap hari, namun puncak ramainya di akhir pekan, Sabtu dan Minggu. Berbagai barang tersedia di pasar ini, dari yang kecil, besar, baru, secen hingga jadul. Bahkan mesin dengan ukuran sebesar rumah pun ada. Warga Palembang biasa mengucapkan, semua ada di Pasar Cinde. 

7. Jembatan ulang tahun Ratu Belanda

Fakta menarik tentang Palembang berikutnya keberadaan Jembatan Ogan Kertapati. Jembatan ini berada tidak jauh dari Stasiun Kertapati. Salah satu jembatan bersejarah yang dibangun Belanda pada 1939 menggunakan dana yang diambil dari para petani karet.  Informasinya, Jembatan Ogan dulu dibangun dengan nama Milhelmina Brug (Jembatan Wilhelmina) yang dihadiahkan untuk ulang tahun Ratu Belanda. 

8. Jembatan Ampera

Jembatan Ampera merupakan ikon Kota Palembang dan Sumsel umumnya. Jembatan Ampera memiliki panjang 1.177 meter, lebar 22 meter. Jembatan ini dibangun mulai 1962 dan diresmikan pada 1965 dengan nama Jembatan Bung Karno. Kemudian karena terjadi pergolakan politik pada 1965 - 1966, nama jembatan diganti menjadi Ampera atau Amanat Penderitaan Rakyat (Ampera).  Awalnya, jembatan di atas Sungai Musi ini didesain dapat diangkat pada bagian tengah ketika kapal besar melintas. Karena pertimbangan keamanan dan usia, bagian tengah tidak lagi dapat diangkat. 

Demikianlah sebagian fakta menari tentang Palembang, yang mungkin belum banyak diketahui. 

 

Editor : Iskandar Nasution

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network