PANDEGLANG, iNewsPandeglang.id - Udi (59) dan Asti (60) pasangan suami istri (pasutri) di Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Banten, tinggal di gubuk tua yang nyaris roboh selama 15 tahun.
Saat ditemui iNewsPandeglang.id di kediamannya Ciundil Barat, mereka hanya bisa tertunduk lesu dan pasrah menerima pahit getirnya kehidupan ekonomi yang serba sulit.
Dari kondisi gubuknya hanya beratapkan daun rumbia yang sudah kering dilapisi karpet hingga karung agar tidak bocor saat hujan datang.
Sementara dindingnya hanya terbuat dari bilik atau anyaman bambu yang sudah rapuh.
Kondisi Gubuk tua milik Udi (foto: iNews.id)
Udi mengaku terpaksa tinggal di rumah ysng bisa dikatakan gubuk itu sudah 15 tahun. Lebih memprihatinkan lagi tidak memiliki kamar mandi, bahkan hanya beralaskan tanah tersebut.
"Sudah 15 tahun seperti ini rumahnya. Tinggal di sini berdua saja," ujar Udi Senin, (04/07/2022).
Dituturkannya, bahwa rumahnya pernah mengalami rusak yang sangat parah, sehingga dirinya harus meminta atap dan paku kepada tetangganya untuk memperbaiki kembali rumahnya itu.
"Dulu pernah ambruk, buat memperbaiki saya minta atap sama paku ke tetangga," ucap Udi dengan raut sedih.
Saat terjadi hujan kuat lanjut Udi, atap yang terbuat dari daun rumbia tidak bisa menahan air sehingga rumahnya harus kebocoran, bahkan baskom plastik pun harus menjadi alat menampung air di setiap titik kebocoran.
"Kalau hujan dan angin pasti bocor, baskom saja pasti ada di atas buat menampung air," terangnya.
Pria lansia yang tegar dan sang istri ini hanya tinggal berdua karena lima orang anaknya sudah berumah tangga. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, ia pun hanya bekerja serabutan yang hanya berpenghasilan Rp40 ribu jika warga setempat meminta tenaganya untuk menggarap ladang sawah.
"Sekarang cuma tinggal berdua, punya lima anak sudah berumahtangga semua, keadaan ekomomi juga sama seperti saya. Kalau pekerjaan cuma menggarap sawah warga aja, nanti bagi hasil, kalau makan mah rejeki ada saja," tuturnya.
Menurut Udi, dengan kondisi tersebut sebenarnya sudah banyak orang yang datang ke rumahnya hanya untuk sekedar mengambil gambar saja, namun hingga saat ini rumahnya pun tidak pernah mendapatkan program apapun.
Ia mengaku bahwa tanah yang ia tempati bukan milik pribadinya, namun ia berharap adanya solusi dari pemerintah. Udi pun berharap agar tempat tinggalnya bisa layak seperti warga lainnya.
"Yang potoin, vidioin banyak, tapi ya rumah seperti ini saja. Ya kalau ada yang bantu silahkan, saya tidak akan mematok pengen apa, yang penting rumah layak. Kalau untuk rumah memang punya sodara atau kaka saya, ini tanah milik orang tua saya dulu," katanya.
Pada kesempatan terpisah, Sekertaris Desa Waringin Kurung, Sarhali membenarkan bahwa rumahnya milik Udi memang sangat memprihatinkan.
Meski demikian, pihak desa mengaku sudah berupaya agar tempat tinggal Udi dan sang istri bisa layak untuk ditempati melalui berbagai program, akan tetapi terkendala dengan kepemilikan tanah, karena tanah yang ditempati udi bukan milik pribadi.
"Rumah Bapak Udi memang memprihatinkan, tapi Desa sudah berupaya mengajukan ke stiap program yang ada. Selain itu juga Bapak Udi sudah mendapatkan bantuan seperti BNPT," kata Sarhali.
Editor : Iskandar Nasution